• Judul Buku: Kebijaksanaan Hidup Orang Sunda: Nilai-Nilai Keteladanan & Kearifan Lokal Budaya Sunda Dalam Membangun Manusia Cerdas, Berkarakter, dan Sehat
  • Penulis : Arda Dinata
  • Bentuk : Ebook
  • Halaman : 88  hal
  • Ukuran : 14 cm x 20 cm
  • Harga : Rp 43.290 Beli Rp 35.931

Deskripsi:

Kajian literasi itu penting. Lebih-lebih ketika kita punya keinginan menyelamatkan nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki bangsa Indonesia. Dalam berbagai dokumen literasi telah tercatat kalau Indonesia itu kaya dengan berbagai sumber pembentuk karakter bangsa. Hadirnya literasi ini digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai budaya yang ada dan hidup di masyarakat melalui cerita dalam keseharian.

Saya merasa senang saat mendapatkan informasi bahwa pemerintah lewat lembaga Perpustakaan Nasional RI secara masif akan membukukan nilai-nilai kearifan lokal yang ter-sebar di seluruh Indonesia. Terkait ini, tentu keberadaan tek-nologi memberi keuntungan tersendiri dalam upaya menya-darkan masyarakat Indonesia bahwa budaya literasi perlu sebagai sumber pembentuk karakter bangsa.

Alasan yang tepat disampaikan karena literasi itu menjadi kompetensi penting yang harus dimiliki oleh seseorang dalam memasuki zaman digitalisasi. Apalagi kita tahu, keberadaan literasi digital terkait erat dengan kecakapan individu dalam menggunakan, mencari, dan mengolah ragam informasi yang diperolehnya melalui gawai.1

Upaya membangun literasi digital itu, tidak lain wujud dari ketertarikan, sikap, dan kemampuan individu dalam menggu-nakan teknologi (alat komunikasi) untuk mengakses, menge-lola, mengintegrasikan, menganalisis, dan mengevaluasi infor-masi menjadi sebuah literasi pengetahuan baru yang ber-sumber dari nilai kearifan lokal.

Untuk itu, tidaklah berlebihan jika keberadaan Perpustaka-an Nasional RI sebagai lembaga pengelola informasi mem-punyai kepentingan untuk menerapkan kemampuan literasi terapan berbasis konten lokal sebagai penyampaian nilai budaya. Sebab, Perpustakaan Nasional RI mempunyai peran dalam melestarikan dan menyampaikan cerita-cerita itu untuk dapat disampaikan sebagai sebuah hasil kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.2

* *

Kajian isi buku ini lahir dari ketertarikan saya akan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya kearifan lokal (budaya Sunda). Saya sepakat dengan pernyataan bahwa nilai budaya dalam bentuk kearifan lokal (local wisdom) dapat digali dari berbagai etnis di Indonesia. Apalagi, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, multietnis, dan multikultur yang berkontribusi positif dalam pembentukan karakter bangsa.

Setiap suku bangsa Indonesia yang majemuk itu memiliki kebudayaan sendiri. Ia memiliki nilai budaya luhur, keunggul-an lokal, dan kearifan lokal sendiri. Tiap masyarakat berusaha mentransmisikan akan gagasan fundamental yang berkenaan dengan hakikat dunia pengetahuan dan nilai. Karena itu, ke-arifan terhadap budaya lokal ialah proses bagaimana penge-tahuan dihasilkan, disimpan, diterapkan, dan diwariskan.3

Pada konteks ini, sejatinya masalah kemajemukan suatu masyarakat dapat dilihat dari variabel budaya dan sosial. Kemajemukan variabel budaya ditentukan oleh indikator genetik sosial (ras, etnis, suku), budaya (kultur, nilai, kebiasa-an), bahasa, agama, kasta, ataupun wilayah. Untuk kema-jemukan sosial ditentukan indikator seperti kelas, status, lembaga, ataupun power.4

Sumber kajian literasi dalam buku ini, tidak lain berdasar dari nilai kearifan lokal budaya Sunda yang dapat ditemukan dalam prasasti, babad, naskah-naskah historis, karya sastra, cerita rakyat, pantun, sisindiran, petatah-petitih serta kehidup-an keseharian masyarakat yang masih mempertahankan ke-arifan lokal budaya Sunda lama (Kampung Baduy, Naga, Dukuh Garut, Pulo Ciamis, dan lainnya), seperti ungkapan berikut:

“Nyalindung na sihung maung, diteker nya mementeng, ulah aya guam, bisa tuliesken, teu bisa kanyahokeun, sok mun eling moal luput salamet” (suatu sikap arif dan bijaksana, walaupun mendapat hinaan, tidak boleh melawan, usahakan menghindarkan diri sambil tetap sadar);

“Teu saba, teu soba, teu banda, teu boga, teu weduk, teu bedas, teu gagah, teu pinter” (suatu ungkapan yang menyata-kan kerendahan diri, tidak punya pengalaman apa-apa, tidak punya apa-apa, tidak punya kekuatan apa-apa, tidak gagah, tidak juga pintar).4

 Masih banyak lagi nilai-nilai kearifan lokal yang melekat pada sendi-sendi kehidupan masyarakat Sunda, dan tentunya hal tersebut masih sangat relevan untuk diaplikasikan oleh seluruh masyarakat Indonesia, seperti halnya nilai kejujuran, mandiri, kerja keras, cinta pada lingkungan, dan cinta tanah air yang sangat dibutuhkan pada jaman modern ini.

Buku ini berjudul: Kebijaksanaan Hidup Orang Sunda (Nilai-nilai keteladanan & kearifan lokal budaya Sunda dalam membangun manusia cerdas, berkarakter, dan sehat). Buku ini membahas terkait:

  • Prolog: literasi, budaya, dan pengetahuan.
  • Literasi kearifan lokal sumber inspirasi, meliputi bahasan terkait: pengertian kearifan lokal; konsep dasar dan fungsi kearifan lokal; klasifikasi nilai kearifan lokal; dan kearifan lokal sumber inspirasi.
  • Kearifan budaya orang Sunda, dibahas seputar: karakter manusia Sunda; nilai dan filosofi hidup orang Sunda (pandangan hidup, etos kerja, dan filosofi keadilan orang Sunda); nilai kesundaan gerbang lima kesempurnaan (gapura pancawaluya); prinsip hidup dan perilaku orang Sunda.
  • Kebijaksanaan hidup orang Sunda (meliputi: manusia Sunda sebagai pribadi; manusia Sunda sebagai anggota masyarakat; manusia Sunda dengan alam; manusia Sunda dengan Tuhan; manusia Sunda dalam mengejar kemajuan lahiriah; manusia Sunda dalam menggapai kesehatan).
  • Epilog: inilah jalan cerdas berkarakter menuju sehat.

Pokoknya, kearifan lokal budaya Sunda yang kaya dengan nilai-nilai positif tentang kebijaksanaan hidup dan keteladanan yang dikaji dalam buku ini, perlu ditransformasikan kepada masyarakat (khususnya generasi muda) secara kontinu dan reflektif agar nilai kearifan lokal budaya Sunda ini dapat segera diaplikasikan dalam membangun manusia cerdas, ber-karakter, dan sehat.

Akhirnya, saya ucapkan selamat membaca buku yang telah selesai disusun ini. Saran dan masukan dari pembaca, tentu saya nantikan untuk menyempurnakan isi buku kajian literasi kearifan lokal ini.

Salam literasi!

Arda Dinata

Leave A Comment